Tag Archives: Do dan Don’t

Kamu Harus Tahu !! Do dan Don’t Selama Di Jepang (Part 2)

Jepang adalah negara yang hangat dan ramah terhadap wisatawan, namun budayanya yang unik tidak dapat dipahami sekaligus menarik bagi pengunjung pertama kali. Untuk membantu menciptakan perjalanan yang bebas dari kecerobohan, bekali diri kamu dengan beberapa tips etiket praktis ini sebelum melakukan perjalanan. Mulai dari kapan harus membungkuk dan melepas sepatu, kapan boleh makan dengan berisik, dan apa yang tidak boleh dilakukan sumpitmu. Berikut Do dan Don’t Selama Di Jepang.

Baca Juga : Kamu Harus Tahu !! Do dan Don’t Selama Di Jepang (Part 1)

1. Makan minum

Sumpit

Ada beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan terkait penggunaan sumpit. Hal utama yang harus diingat adalah jangan membiarkan sumpit berdiri tegak di dalam semangkuk nasi. Kamu juga tidak bole menggunakannya untuk memberikan makanan langsung ke sumpit orang lain. Tindakan ini mengingatkan pada ritual yang berhubungan dengan pemakaman dan orang mati. Hindari juga apa pun yang dianggap ‘bermain-main’ dengan sumpit kamu. Termasuk menggunakannya sebagai tombak, menabuh genderang di atas meja. Atau melambaikannya untuk menarik perhatian pelayan dan menggunakannya untuk mengatasi rasa gatal di punggung kamu.

Menyeruput

Saat makan mie di Jepang, merupakan praktik standar untuk menyeruputnya. Makanlah di restoran mie mana pun dan kamu akan dikelilingi oleh sesama pengunjung yang berisik dan tanpa malu-malu menyeruputnya.

Minum

Saat menuangkan gelas dari botol bersama (misalnya sake), merupakan kebiasaan untuk menuangkan minuman untuk orang lain di pesta kamu. Dan biarkan orang lain menuangkan minuman kamu untuk kamu. Disini kamu tidak menuangkan minuman sendiri. Ucapkan kam-pai untuk ‘Cheers!’ sebelum minum.

Memberi Tip

Tidak ada kebiasaan memberi tip di Jepang. Meninggalkan sedikit uang ekstra di atas meja di restoran sering kali mengakibatkan pelayan mengejar kamu untuk mengembalikannya.

Tata krama di meja makan

Ucapkan i-ta-da-ki-mas sebelum makan. Secara harafiah memiliki arti ‘Saya akan menerima’, namun ini serupa dengan mengucapkan ‘selamat makan’. Dan ucapkan go-chi-sō-sa-ma de-shi-ta kepada ungkapkan penghargaan setelah kamu selesai. Pastikan untuk menambahkan beberapa pernyataan oi-shii (‘lezat!’) sepanjang makan sesuai kebutuhan.

2. Mengunjungi kuil dan tempat suci

Etiket

Ada banyak sekali kuil Buddha ( o-tera ) dan kuil Shinto ( jinja ) di seluruh Jepang. Sebagian besar terbuka dan menyambut pengunjung, baik kamu seorang yang beriman atau tidak. Namun tempat-tempat ini masih merupakan tempat keagamaan. Jadi berbicaralah dengan tenang di aula utama, jangan melihat-lihat area yang tertutup. Dan hindari berpakaian seolah-olah kamu sedang berada di pantai selama seharian.

Ritual kuil

Akan ada sumber air di depan kuil mana pun. Sebelum memasuki kuil, gunakan sendok yang disediakan untuk menuangkan air ke tangan kamu untuk membilasnya. Lalu tuangkan air ke tangan kamu untuk digunakan untuk berkumur (ludahkan ke tanah, bukan kembali ke sumber air).

3. Perilaku publik

Tolong Tenang

Berbicara di ponsel saat berada di kereta dan bus dianggap tidak sopan dan pengumuman mendorong wisatawan untuk mengalihkan ponsel ke mode senyap. Masyarakat juga cenderung tidak berbicara keras-keras saat bepergian dengan angkutan umum, agar tidak mengganggu sesama penumpang.

Mengantri

Pada saat sibuk menunggu naik kereta, orang Jepang membentuk antrian yang teratur. Peron stasiun kereta api akan memiliki tanda yang menunjukkan di mana pintu gerbong akan berhenti. Dan mungkin ada garis yang digambar di peron untuk memandu arah antrian.

Mendengus

Meniup hidung di depan umum dianggap tidak sopan. Kamu mungkin juga melihat orang-orang berjalan-jalan mengenakan masker bedah. Beberapa orang memilih untuk menggunakannya saat mereka menderita pilek atau flu. Hal itu untuk membantu mencegah penularan penyakit mereka kepada orang lain.

Kamu Harus Tahu !! Do dan Don’t Selama Di Jepang (Part 1)

Jepang adalah negara yang hangat dan ramah terhadap wisatawan, namun budayanya yang unik tidak dapat dipahami sekaligus menarik bagi pengunjung pertama kali. Untuk membantu menciptakan perjalanan yang bebas dari kecerobohan, bekali diri kamu dengan beberapa tips etiket praktis ini sebelum melakukan perjalanan. Mulai dari kapan harus membungkuk dan melepas sepatu, kapan boleh makan dengan berisik, dan apa yang tidak boleh dilakukan sumpitmu. Berikut Do dan Don’t Selama Di Jepang.

Baca Juga : Kamu Hatus Tau Hal Ini Sebelum Masuk ke Restoran Tokyo !!

1. Pertemuan dan salam

Membungkuk

Membungkuk dengan sopan saat bertemu seseorang, mengucapkan terima kasih, atau mengucapkan selamat tinggal. Kedalaman, durasi, dan seberapa bungkuk adalah sesuatu yang tidak diharapkan dipahami oleh orang non-Jepang. Mereka tidak akan tersinggung jika mereka tidak melakukannya dengan sempurna. Jika orang Jepang membungkuk kepada kamu , biasanya cukup dengan mencondongkan kepala. Orang Jepang terkadang juga berjabat tangan, tetapi yang terbaik adalah menunggu pihak lawan menawarkan tangannya sebelum mengulurkan tangan kamu.

Hadiah dari perjalanan

Pergantian musim, dan pindah ke rumah baru adalah beberapa alasan pertukaran hadiah di Jepang. Bagi pengunjung, ada baiknya membawa oleh-oleh kecil dari negara asal kamu. Terutama jika kamu akan tinggal bersama penduduk setempat, atau jika kamu perlu mengucapkan ‘terima kasih’ kepada seseorang selama perjalanan. Tindakan sederhana dengan membagikan sesuatu dari rumah kamu akan sangat dihargai. Bayangkan gantungan kunci suvenir, coklat batangan, dan camilan lainnya yang hanya tersedia di negara kamu.

Saling bertukar kartu nama

Bertukar kartu nama masih menjadi bagian penting dalam perkenalan yang lebih formal di Jepang. Kamu harus menggunakan dua tangan saat memberi dan menerima kartu. Hal ini juga berlaku untuk memberi dan menerima hadiah.

2. Aturan alas kaki

Lepaskan sepatu

Jika sebuah bangunan memiliki pintu masuk serambi yang cekung (disebut genkan ), dan terdapat deretan atau rak alas kaki di dekat pintu, itu adalah tanda yang jelas bahwa kamu harus melepas sepatu. Kamu harus selalu melepas alas kaki saat memasuki rumah pribadi, akomodasi tradisional ( minshuku atau ryokan ), dan aula kuil. Beberapa restoran dengan area tatami (anyaman jerami) juga mengharuskan pengunjung melepas sepatu, begitu pula beberapa hostel dan situs bersejarah. Di mana pun kamu diharuskan melepas alas kaki, hal ini tidak dapat dinegosiasikan.

Lepaskan Sandal

Saat melepas sepatu, biasanya kamu akan diberikan pilihan sepasang sandal untuk berjalan-jalan di dalam. Sandal ini boleh digunakan pada lantai kayu atau lantai lainnya. Namun kamu tidak boleh memakai sandal di ruang tatami. Lepaskan sandal tersebut sebelum menginjak tatami dan letakkan di pintu masuk ruangan.

3. Bahasa itu penting

Jangan berasumsi

Bukan hal yang aneh untuk bertemu orang Jepang yang ingin melatih kemampuan bahasa Inggris mereka. Namun bahasa Inggris tidak dipahami secara luas seperti yang diharapkan sebagian pengunjung. Banyak orang akan merasa tidak nyaman atau terlalu malu untuk menggunakannya. Sebaiknya jangan mendekati orang dengan asumsi mereka mampu mengucapkannya.

Gunakan Bahasa Jepang

Beberapa kata dan frasa dasar dalam bahasa Jepang akan sangat bermanfaat. Penduduk setempat akan sangat terkesan bahkan oleh upaya kamu yang berbicara dalam bahasa mereka. S u-mi-ma-sen (‘permisi’, yang juga bisa digunakan untuk ‘maaf’), a-ri-ga-tō (‘terima kasih’), e i-go ga ha-na-se- mas ka (‘apakah kamu bisa berbahasa Inggris?’), dan wa-ka-ri-ma-sen (‘Saya tidak mengerti’). Semuanya sangat berguna sebagai permulaan.